Inikah yang orang lain rasa? Semoga bisa terwakilkan...
Adalah sebuah kesalahan besar ketika aku terlalu membuat engkau khawatir. Bodohnya lagi, ketika engkau memberi perhatian, aku malah marah-marah seakan tidak menghargaimu.
Aku tahu persis rasa khawatirmu tidak akan terbendung ketika tahu bahwa aku sedang dalam keadaan tidak baik. Terlihat jelas ketika engkau menelpon berkali-kali hanya untuk memastikan apakah keadaanku semakin baik atau sebaliknya. Terlebih dengan jarak yang tidak bisa ditempuh dalam waktu singkat, ku rasa rasa khawatirmu akan mengacaukan aktifitas bahkan merusak hari yang seharusnya menjadi luar biasa bagimu.
Ibu, biasanya aku bisa memposisikan diriku dengan orang lain yang sedang mengalami rasa khawatir tetapi tidak untuk dirimu. Engkau selalu terlihat begitu kuat walaupun pada kenyataannya ada beberapa pekerjaan yang tidak dilakukan dengan maksimal karena rasa khawatirmu. Aku salut ketika engkau begitu pandai menyembunyikan semuanya.
Tadi sore engkau menelponku melalui telepon genggam. Suaramu agak serak dan terdengar begitu pelan. Seperti biasa engkau menanyakan kabarku. Apakah aku dalam keadaan baik? Apakah aku sudah berobat? Mengapa aku tidak berobat? Begitu banyak pertanyaan yang engkau lontarkan. Lalu aku? Aku malah cuek bahkan marah ketika engkau mempertanyakan hal semacam itu. Pikirku, ini hanya sakit biasa dan seharusnya Ibu tidak usah memberiku pertanyaan sebanyak itu. Seperti interogasi saja.
Kemudian, engkau menutup telepon. Aku tiba-tiba merasakan sakit di bagian dada. Bukan penyakit tetapi semacam perasaan bersalah.
Aku berjalan menuju tempat tidur. Duduk. Diam. Berpikir.
Sungguh aku melakukan kesalahan besar. Seharusnya aku tidak melakukan hal yang semakin membuat engkau terluka. Mengapa ketika sahabat menyuruhku berobat, malah tidak ada alasan bagiku untuk menolak. Mengapa ketika orang lain menanyakan kabarku dan melontarkan berbagai macam pertanyaan lainnya, aku malah meladeni dengan anteng seakan tidak mau menghentikan pembicaraan. Mengapa ketika orang lain menegurku, aku malah dengan lapang dada mengatakan “terimakasih atas teguran yang engkau berikan”
Engkau Ibu terkasih…
Seharusnya engkau mendapat posisi paling sepaling-paling baik di hati ini. Engkau seharusnya mendapat penghargaan terbesar, terhebat dari kami anak-anakmu.
Benar apa yang dikatakan di dalam Amsal 31:29-30, “ Banyak wanita telah berbuat baik tetapi kau melebihi mereka semua. Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji”
Aku mengasihimu Ibu, kami mengasihimu. Tetap sehat, janganlah perhatianmu sedikitpun berkurang terhadap kami. Maaf ketika aku, kami sering membuat engkau terluka. Semoga suatu saat, di kesempatan baik, kami bisa membuat engkau menangis terharu dan memeluk kami erat seakan tidak mau lepas.
Yes, I dedicated this one for all wonderful Mommy and for all wonderful daughters and sons who realize that our Mother is awesome so damn true!
with love,
your admire
Tidak ada komentar:
Posting Komentar